TIMAH*)

: Ian Sancin

       Hamit adalah lelaki aneh karena tiba-tiba selalu memuntahkan cairan timah panas dari mulutnya. Hal itu menggemparkan seisi pulau penghasil timah yang biji timahnya telah dikuras digali sejak zaman kolonial Belanda. Pulau itu kini meninggalkan banyak keprihatinan; lingkungan alam yang rusak tanpa banyak hal yang dapat diperbuat untuk memperbaikinya.

       Di samping itu ternyata Hamit adalah korban PHK dari perusahaan yang manajemennya dinilai Hamit begitu bobrok, Hamit menuntut keadilan dengan caranya sendiri kepada perusahaan tersebut.

LUMPUR*)

: Ian Sancin

       Pak Syukur seorang yang teramat lugu, tetapi begitu cinta pada sebuah sungai yang mengalir di pinggir kampungnya. Sejak kecil sungai itu telah mengasuh dan mengasah pikirannya tentang kebesaran Tuhan. Tetapi di usia tuanya, saat tekhnologi sudah sedemikian maju dan keserakahan orang mencari uang, sungai itu jadi merana oleh lumpur yang dihasilkan oleh tambang timah di hulu sungai

       Pak Syukur harus berjuang sendirian melawan kesewenang-wenangan konspirasi aparat desa dengan pengusaha tambang timah itu. Di waktu yang bersamaan pengusaha dan penguasa daerah setempat yang akan melakukan bisnis impor lumpur (limbah) dari Singapore yang diduga mengandung bahan beracun!

*) Tulisan ini pernah dimuat dalam rubrik CERPEN - Harian Pagi Bangka Pos Edisi Minggu.